
Foto Bapak Bachrudin Dusun Suayap – 2014*
Oleh:
ROBY PANAHUAN, S.P
NIP 19800823 200803 1 001
BPP KECAMATAN ARUT SELATAN
KP2KP KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2015
Kegiatan usaha peternakan ruminansia menghadapi tantangan berupa penyusutan lahan dan penurunan produksi hijauan pakan ternak, sementara itu usaha peternakan ruminansia dituntut memacu produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang sampai saat ini masih bergantung kepada import dari luar negeri. Hal tersebut tentunya sebuah tantangan yang cukup besar dan juga peluang yang sangat menjanjikan dalam pengembangan usaha peternakan sapi di Indonesia. Pada saat ini banyak sekali dibudidayakan tanaman kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) baik oleh perusahaan perkebunan milik swasta maupun oleh para petani lokal. Luasan kebun tanaman kelapa sawit sudah barang tentu dapat menunjang usaha lainnya yang bisa sama-sama mendukung pengembangannya. Sebagai contoh yakni beternak sapi Bali, dimana kotoran dan urine sapi dapat menjadi pupuk organik bagi tanaman kelapa sawit dan sebaliknya gulma yang ada di kebun tanaman kelapa sawit dapat menjadi pakan bagi ternak sapi. Tata cara budidaya dan pemeliharaan seperti ini seringkali disebut dengan sistem integrasi sapi – kelapa sawit (SISKA).
Jenis Ternak
Sampai saat ini jenis ternak sapi yang sangat cocok dikembangkan pada perkebunan tanaman kelapa sawit adalah jenis sapi Bali (Bos sondaicus). Hal ini disebabkan oleh kemampuan adaptasi jenis sapi Bali yang sangat tinggi terutama karena ternak sapi jenis ini merupakan hasil persilangan antara banteng dengan sapi jenis lokal. Ciri – ciri umum yang dapat dilihat pada sapi Bali antara lain: tidak berpunuk, badannya montok, dadanya dalam, berbulu putih pada bagian pantat dan kaki, bulu badan berwarna hitam pada sapi jantan dan bulu badan berwarna merah bata pada sapi betina. Menurut I Gede Gunawan Tika (peternak sapi Bali), jenis sapi Bali memiliki rasio daging yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis sapi PO (peranakan ongole), persentase daging lebih tebal dan dapat mencapai bobot 500 kilogram per-ekor serta lebih mudah diternakkan dan lebih akrab dengan iklim tropis di Indonesia. Pakan Ternak Sapi Bali Jenis sapi Bali adalah jenis sapi yang dapat mengkonsumsi berbagai jenis tumbuhan yang bisanya tumbuh di perkebunan tanaman kelapa sawit. Selain rumput – rumputan, sapi Bali juga dapat mengkonsumsi daun maupun pelepah tanaman kelapa sawit beserta jenis tumbuhan lainnya yang tidak bergetah. Selain pakan yang sudah tersedia di kebun tanaman kelapa sawit, peternak juga dapat mengembangkan jenis pakan lainnya seperti tanaman rumput gajah (King Grass, Taiwan Grass, Hawaii Grass dan Africa Grass).
Pada perusahaan perkebunan tanaman kelapa sawit yang mengembangkan usaha peternakan sapi, penggunaan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) seperti bungkil dan solid digunakan sebagai pakan tambahan. Selain kaya dengan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak sapi, bungkil dan solid juga dapat meningkatkan bobot ternak sapi. Para peternak hendaknya tidak bergantung pada gulma yang tumbuh dan tersedia pada perkebunan tanaman kelapa sawit. Ada baiknya peternak membudidayakan hijauan pakan ternak pada tempat/lokasi lain yang tidak berada dekat dengan lokasi ternak sapi, sehingga apabila gulma yang tumbuh pada perkebunan tanaman kelapa sawit jumlahnya sedikit ataupun habis serta tidak dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi maka dapat ditanggulangi dengan menyediakan dan memberikan pakan dari hijauan yang telah dibudidayakan tersebut.
Penurunan jumlah populasi pakan ternak sapi berupa gulma pada perkebunan tanaman kelapa sawit biasanya terjadi pada musim kemarau yakni pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober sehingga perlu adanya ketersediaan hijauan pakan ternak yang dibudidayakan. Pemberian air garam pada ternak sapi Bali sangat dianjurkan karena merupakan sumber mineral yang berfungsi agar konsumsi pakan ternak sapi Bali dapat meningkat (menambah nafsu makan). Hal ini dilakukan oleh peternak biasanya sekali dalam satu minggu yang disesuaikan dengan jumlah konsumsi pakan ternak sapi Bali. Tata Cara Budidaya Pada luasan kebun tanaman kelapa sawit dibudidayakan tanaman rumput – rumputan yang bertujuan sebagai pakan bagi ternak sapi atau gulma yang tidak dikendalikan dengan bahan kimia. Perkebunan tanaman kelapa sawit yang menjadi tempat beternak sapi Bali sudah dipersiapkan khusus yaitu kawasan perkebunan non chemical atau kebun yang tidak diaplikasikan bahan – bahan kimia yang sudah barang tentu berbahaya bagi ternak sapi. Jumlah populasi ternak sapi Bali yang diperkenankan adalah 50 ekor sapi per-Hektar perkebunan tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh sifat dari ternak sapi Bali yang hidup bergerombol antara satu sapi dengan sapi lainnya. Kelebihan populasi ternak sapi Bali dapat berakibat rusaknya tanaman kelapa sawit serta dapat meningkatkan pertumbuhan jamur pada tanaman kelapa sawit sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Dilihat dari tata cara penggaduhannya, beternak sapi Bali di kebun tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi 2 cara, antara lain:
1. Dengan kandang komunal (koloni/bersama – sama)
Pada perkebunan tanaman kelapa sawit dibuat kandang yakni kandang komunal (berbahan kayu dan kawat berduri) sesuai dengan luasan kebun yang akan dijadikan sebagai tempat hidup dan berkembang bagi ternak sapi Bali dan dibuat sumur atau kolam kecil bagi ketersediaan air minum. Biasanya besar kandang adalah antara 0,5 sampai dengan 1 Hektar tergantung jumlah populasi ternak sapi. - Keunggulannya, ternak sapi tidak akan hilang ataupun mengikuti ternak lainnya yang bukan dari pemilik yang sama. - Kelemahannya, apabila ketersediaan pakan dan air kurang maka peternak harus menyediakan pakan serta air minum bagi ternak.
2. Tanpa kandang komunal
Ternak sapi yang paling dewasa dan biasanya merupakan induk jantan atau betina diikat pada tanaman kelapa sawit dan sapi – sapi lainnya dibiarkan lepas di sekitar perkebunan dan setelah senja sapi – sapi tersebut digiring ke dalam kandang yang telah dipersiapkan. - Keunggulannya, ketersediaan pakan dan air minum lebih melimpah. - Kekurangannya, ternak sapi terpisah dari kawanannya karena mengikuti ternak sapi lain yang bukan dari pemilik yang sama serta dapat masuk ke areal perkebunan tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan secara chemical (bahan kimia) sehingga dapat berakibat kematian pada ternak sapi Bali akibat keracunan.
Manfaat Bagi Tanaman dan Ternak Sapi Bali Perkebunan tanaman kelapa sawit yang dijadikan sebagai tempat pemeliharaan ternak sapi Bali ini pada usia tanaman menghasilkan (TM) 3 atau tanaman kelapa sawit sudah berumur 6 tahun. Hal tersebut bertujuan agar pucuk tanaman kelapa sawit tidak dikonsumsi oleh ternak sapi Bali karena pertumbuhan tanaman kelapa sawit sudah cukup tinggi dan batang tanaman sudah cukup kokoh sebagai tempat berlindung ternak sapi Bali dari sengatan sinar matahari serta pohon tidak dirusak atau terinjak – injak oleh ternak sapi Bali. Manfaat yang diperoleh tanaman kelapa sawit dari adanya ternak sapi Bali ini adalah kotoran serta urine yang secara alami menjadi pupuk organik bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit serta pertumbuhan gulma dapat ditekan karena merupakan pakan bagi ternak sapi Bali.
Menurut Dwi Hartanto (Ranch Manager PT. Sulung Ranch), manfaat integrasi sapi – kelapa sawit ini dapat menekan biaya herbisida sebesar 30 % dan biaya pakan ternak sapi dapat dihemat sampai 80 % karena memanfaatkan pelepah, bungkil dan solid sebagai pakan ternak sapi. Pada saat tanaman kelapa sawit sudah mulai berbuah (buah pasir), penggunaan tanaman penutup tanah (legume cover crop) biasanya sudah mulai dikendalikan agar populasinya tidak mengganggu pertumbuhan batang dan pelepah serta piringan (circle) sebagai tempat jatuhnya tandan buah dan brondolan. Dengan adanya ternak sapi Bali maka tanaman penutup tanah merupakan pakan yang dapat dikonsumsi walaupun tidak dalam jumlah yang berlebihan karena dapat mengakibatkan kembung pada ternak sapi Bali. Secara alami tanaman penutup tanah ini akan berkurang populasinya karena terinjak – injak oleh ternak sapi Bali sehingga penggunaan herbisida dalam kegiatan pengendalian tanaman penutup tanah tidak lagi diperlukan. Penutup
Dengan meng – integrasikan ternak sapi terutama sapi Bali dengan perkebunan tanaman kelapa sawit maka dapat diperoleh manfaat antara lain:
1. Ketersediaan bahan pakan ternak sapi dalam jumlah yang melimpah sehingga kegiatan pemeliharaan ternak sapi lebih efisien.
2. Memungkinkan dikembangkannya industri pakan ternak/feedmill.
3. Pemanfaatan limbah perkebunan dan limbah peternakan untuk produksi pupuk organik (fine compost) untuk mencukupi pemupukan perkebunan.
4. Integrasi ternak sapi dengan perkebunan tanaman kelapa sawit akan meningkatkan daya saing usaha, produktifitas kebun dan ternak meningkat serta ramah lingkungan.
Demikian sekilas tentang budidaya ternak sapi Bali dengan sistem integrasi pada perkebunan tanaman kelapa sawit.
(P.Bun, 2014-11-01). - Selamat Mencoba -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar